toyota, automobile, vehicle-4422348.jpg

Ketika Toyota tunduk pada bencana alam

11-Maret- 2011, Jepang diguncang gempa terbesar dalam sejarah Jepang berkekuatan magnitudo 9.0 di pantai sekitar pusat gempa ombak tertinggi mencapai 10 meter lebih. Menurut data resmi kepolisian Jepang bulan Maret 2021, jumlah korban hilang yang belum ditemukan mencapai2.526 orang. Gempa bumi yang disusul dengan meledaknya pembangkit listrik tenaga nuklir di Fukushima ini menjadi bencana alam terbesar sepanjang sejarah Jepang.

10 tahun setelah bencana alam tersebut, Jepang kemudian menghadapi wabah covid 19 yang membuat dunia kalang kabut. Namun, isolasi mandiri sebagai akibat dari mewabahnya covid 19 ini kemudian membawa berkah tersendiri, WFH membuat kebutuhan akan laptop dan peralatan pelengkapnya meningkat tajam, permintaan peralatan game, televisi, peralatan yang berhubungan dengan IT seperti smartphone pun tidak ketinggalan meningkat drastis.

Langkanya pasokan microchip

Microchip adalah salah satu diantara permintaan yang meningkat drastic ditengah pandemi. Langkanya pasokan microchip ini memaksa seluruh produsen mobil dunia mengurangi volume produksi hingga menimbulkan “perebutan sengit” . Tidak kurang produsen mobil terbesar Amerika GM sampai mengurangi produksi kendaraannya secara drastis dalam jangka waktu lama sebagai akibat dari kurangnya pasokan microchip ini, sementara rival bebuyutannya Toyota hanya cukup mengurangi sedikit jumlah produksinya. Siapa yang sangka kalau bencana alam terparah ini beberapa saat kemudian berubah menjadi permintaan microchip dalam jumlah besar hingga membangkit
kembali semangat produsen microchip dalam negeri yang dilanda keterpurukan ditengah wabah covid mampu menyelamatkan industry otomotif secara keseluruhan di Jepang.

Dibutuhkan lebih dari 30 ribu buah suku cadang untuk memproduksi satu buah mobil, jika ada satu saja yang kurang maka mobil tidak dapat dibuat, microchip adalah salah satu suku cadang penting. Didalam kendaraan microchip adalah otak terpenting yang memberikan perintah untuk “ berjalan”, “stop” dan “belok” pada kendaraan. Tapi benda kecil ini tidak bisa didapatkan dalam waktu singkat, paling tidak dibutuhkan waktu setengah tahun mulai dari memesan hingga pesanan tiba di pabrik. Langkanya microchip di Jepang disebabkan oleh dampak dari bencana alam yang dialami produsen microchip terbesar di Jepang, Renasas electronic hingga memaksa industry otomotif
secara global mengurangi produksinya. Berkat perusahaan yang menjadi bagian dari korporasi Toyota ini, Toyota hanya cukup melakukan penyesuaian kecil dalam mengurangi produksinya.

Belajar dari pengalaman berkali-kali dilanda bencana alam berskala besar, membuat tiap propinsi membuat “peta darurat” (hazard map) agar warganya tahu jalan mana yang harus ditempuh saat bencana terjadi. Hazard map ini juga yang dimanfaatkan Toyota untuk mengetahui seberapa parahnya pabrik yang dihantam bencana di daerahnya hingga akhirnya dapat membuat peta supply chain spare part lengkap dengan kondisi mutahir dan dapat dengan jelas juga mengetahui kedaruratan pabrik. “Mieruka” yang berarti membuat sesuatu secara jelas ini sudah menjadi technical term di Jepang. Ada sekitar 659 subkon Toyota di layer 2 yang terkena dampak cukup parah.

Di suatu saat di stasiun kereta di Amerika, beberapa petinggi Toyota sedang menanti datangnya kereta, mereka memperhatikan betapa kereta tersebut datang tepat pada waktunya, pengalaman ini kemudian mereka jabarkan ke dalam sistim produksi yang kemudian dikenal dengan istilah, Just in time (Kanban hoshiki). Pada saatnya sistim produksi yang pertama kali oleh Toyota kemudian diadopsi hampir disemua industry di Jepang. “Stok” adalah musuh utama yang tabu didalam sistim ini.

Pengalaman dihantam berkali-kali oleh bencana alam berskala besar memaksa Toyota untuk merevisi sistim produksi mereka secara mendasar dengan memasukkan stok spare part. Setelah selamat dari bencana alam besar yang terjadi pada 11 Maret 2011 itu, perusahaan menyimpan stok microchip yang cukup untuk lebih dari 4 bulan. Toyotapun merevisi buku panduan yang di pakai di institusi pendidikan bagi para teknisinya.

Setelah selamat melewati berbagai bencana alam, usaha keras mereka terbayarkan. Pada tahun 2021, penjualan mobil baru oleh Toyota di Amerika mencapai angka 2.333.000 unit (meningkat 10,04% dibanding tahun sebelumnya) dibanding GM yang merosot 12,9 % dibanding tahun sebelumnya dengan 2.221.000 unit. Untuk pertama kalinya dalam 90 tahun perusahaan mobil asing berhasil mencapai penjualan terbanyak di Amerika. “Toyota Topped G.M in U.S Car Sales in 2021, a First for a Foreign Automaker” judul dari New York Times edisi digital Januari 2022

Muhamad Surya
Sumber: Asahi Shimbun digital, New York Times digital, Newsweek Japan
digital, website pemda Miyagi, website Tohoku University dll

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *